Baca kembali Kupas Tuntas Metode Penelitian Observasional-Part 1 ; Kupas Tuntas Metode Penelitian Observasional-Part 2 dan Case Control Vs Case Series. Cross Sectional, Case Control dan Cohort merupakan bagian dari metode penelitian observasional kuantitatif analitik. Desain ini hampir sering sekali digunakan dalam penelitian observasional. Akan tetapi, sering sekali peneliti, bingung kapan harus menggunakan Cross sectional, case control atau cohort.
Untuk mengetahui kapan kita harus memilih cross sectional, case control atau cohort, maka terlebih dahulu perhatikan populasi dan sampel penelitian yang akan kita lakukan. Sebagai ilustrasi, seorang peneliti hendak meneliti hubungan antara merokok dengan kanker paru di poliklinik penyakit dalam RS X, dimana peneliti hendak melakukan penelitian observasional kuantitatif analitik.
Peneliti bisa memilih desain cross sectional, apabila hal yang dilakukan oleh peneliti dalam menetapkan populasi ialah dengan menjadikan semua pasien poliklinik penyakit dalam RS X sebagai populasi (baik yang kanker paru ataupun tidak). Dari populasi yang sangat banyak tersebut dilakukan proses penetapan sampel penelitian, dengan menggunakan rumus besar sampel tertentu dan dengan kriteria tertentu sehingga diperoleh sejumlah sampel dari populasi. Dimana nantinya dalam sampel tersebut akan ada subyek yang menderita kanker paru dan tidak menderita kanker paru. Proses ini harus terjadi secara alami, dimana tidak boleh diatur misalnya 50 orang kanker paru dan 50 tidak kanker paru. Proporsi pasien kanker paru dan bukan kanker paru nanti tidak akan proporsional, karena proses pemilihan subyek ini harus secara potong lintang, bukan diatur kelompok kasus dan kelompok kontrol. Jika terjadi pengaturan sekian orang kelompok kasus dan sekian orang kelompok kontrol, maka ini desainnya bukan lagi cross sectional, tapi sudah jadi case control.
Peneliti bisa memilih desain case control, apabila yang dilakukan peneliti ialah menetapkan kelompok Case (dalam kasus ini pasien kanker paru) dan menetapkan kelompok Control (dalam kasus ini bukan pasien kanker paru). Penetapan sampel tentunya tetap memperhatikan besar sample, proses sampling dan kriteria inklusi subyek penelitian, yang akan dibahas pada seri selanjutnya.
Peneliti bisa memilih desain cohort, apabila yang dilakukan peneliti ialah menetapkan terlebih dahulu kelompok dengan faktor risiko (dalam kasus ini pasien yang merokok) dan menetapkan kelompok tanpa faktor risiko (dalam kasus ini pasien yang tidak merokok). Penetapan sampel tentunya tetap memperhatikan besar sample, proses sampling dan kriteria inklusi subyek penelitian, yang akan dibahas pada seri selanjutnya.
Pembahasan selanjutnya, terkait apa itu lebih jauh apa itu judul penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian akan dibahas lebih lanjut pada seri selanjutnya. Selamat membaca, semoga bermanfaat. Apabila anda merasakan manfaat tulisan kami, silakan berdonasi dengan klik iklan yang muncul pada layar tulisan ini ataupun di website kami. Donasi anda akan digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan penelitian Indonesia.