Hewan dan manusia secara teknis terkesan berbeda, akan tetapi secara fisiologis dan anatomi keduanya memiliki kesamaan. Hewan, mulai dari mencit hingga simpanse memiliki kesamaan organ (yakni otak, jantung dan paru-paru serta lainnya) serta sistem organ (yakni sistem kardiovaskular, respirasi dan sistem saraf serta lainnya). Keidentikan antara hewan dan manusia sekitar 95-99%. Hal ini menyebabkan obat yang dapat digunakan di manusia juga bermanfaat di hewan. Tentunya, keidentikan ini memberikan suatu peluang dan manfaat, dimana hewan coba dapat digunakan untuk mempelajari berbagai organ, penyakit serta pengembangan terapi sebelum digunakan di manusia.
Hewan Coba Model Diabetes Melitus
Alat dan Bahan :
- Tikus putih galur wistar usia 10-12 minggu, berat 150-200 gram.
- Spuit 1 mL
- Aloxan Monohydrate
Prosedur :
- Tikus putih dilakukan induksi dengan pemberian injeksi intraperitoneal Aloxan Monohydrate dosis 110 mg/kgBB.
- Selanjutnya, tikus putih diberikan minum dekstrosa 10% guna mencegah hipoglikemia.
- Setiap tiga hari dilakukan tes gula darah, apabila kadar gula darah sewaktu telah lebih dari target kadar gula darah, hewan coba dapat digunakan sebagai hewan coba model diabetes melitus.
Hewan Coba Model Uji Efek Anti Inflamasi
Alat dan Bahan :
- Tikus putih galur wistar usia 10-12 minggu, berat 150-200 gram.
- Spuit 1 mL
- Carrageenan lambda
- Saline 0,9%
Prosedur :
- Carrageenan lambda dibuat larutan carrageenan 1%. Ambil 1 gram carrageenan kemudian larutkan ke dalam saline 0,9% sebanyak 100 mL.
- Carrageenan 1% sebanyak 200uL diinjeksikan ke subplantar kaki tikus putih wistar.
- Setelah 6 jam, tikus putih telah dapat digunakan untuk penelitian.
Hewan Coba Model Hiperurisemia
Alat dan Bahan :
- Tikus putih galur wistar usia 10-12 minggu, berat 150-200 gram.
- Spuit 3 mL
- Potassium oxonate
- Aqua pro injeksi
Prosedur :
- Potasssium oxonate dilarutkan dengan aqua pro injeksi.
- Potassium oxonate (280mg/kgBB) diinjeksikan secara intraperitoneal.
- Setelah 1 jam kemudian, dilakukan pemeriksaan kadar asam urat darah, apabila kadar asam urat telah mencapai target, hewan coba dapat digunakan untuk penelitian.
Hewan Coba Model Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
Alat dan Bahan :
- Tikus putih galur wistar usia 10-12 minggu, berat 150-200 gram.
- Spuit 3 mL
- Testosteron propionate
- Sasami oil (minyak wijen)
Prosedur :
- Testosteron propionate dilarutkan dengan sasami oil (minyak wijen).
- Tetsosteron propionate diinjeksikan secara intraperitoneal dengan dosis 5 mg/kgBB selama 21 hari.
- Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan imunohistokimia PCNA untuk menilai proliferasi sel prostate.
Hewan Coba Model Hipertiroid
Alat dan Bahan :
- Tikus putih galur wistar usia 10-12 minggu, berat 150-200 gram.
- Spuit 3 mL
- Levothyroxine
- Aquadest
- Tween 80
Prosedur :
- Levothyroxine dilarutkan dalam aquadest dan ditambahkan tween 80 sebanyak 0,5% sebagai emulgator.
- Levothyroxine (40 mg/kgBB) diberikan secara per oral selama 21 hari.
- Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan kadar T3, T4 dan TSH dengan ELISA.
Hewan Coba Model Disfungsi Seksual
Alat dan Bahan :
- Tikus putih galur wistar usia 10-12 minggu, berat 150-200 gram.
- Spuit 3 mL
- Testosteron propionate
- Sasami oil (minyak wijen)
Prosedur :
- Testosteron propionate dilarutkan dengan sasami oil (minyak wijen).
- Testosteron propionate diinjeksikan secara intraperitoneal dengan dosis 5 mg/kgBB selama 21 hari.
- Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan FSH, LH dan testosterone.
Hewan Coba Model Gastritis
Alat dan Bahan :
- Tikus putih galur wistar usia 10-12 minggu, berat 150-200 gram.
- Spuit 3 mL
- Ethanol 96%
Prosedur :
- Tikus putih diinduksi dengan ethanol 96% sebanyak 3 mL selama 3 hari.
- Kemudian dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk melihat kerusakan mukosa gaster.
Hewan Coba Model Lir-Psikotik
Alat dan Bahan :
- Tikus putih galur wistar usia 10-12 minggu, berat 150-200 gram.
- Spuit 3 mL
- Ketamine
Prosedur :
- Tikus putih diinduksi dengan pemberian injeksi ketamine 50 mg/kgBB secara intraperitoneal selama 5 hari.
- Selanjutnya, dilakukan pemutusan pemberian ketamine selama 5 hari.
- Setelah itu, dilakukan pemeriksaan adanya hiperktivitas serta penilaian interaksi sosial.
- Penilaian Hiperaktivitas dilakukan dengan locomotor activity test (LAT) :
- Gunakan kotak uji ukuran 50 cm x 50 cm x 30 cm serta kotak tidak transparan.
- Tikus uji dimasukkan ke dalam kotak uji, dengan terlebih dahulu salah satu kaki tikus diikatkan dengan benang. Ketika tikus bergerak maka benang akan tertarik sehingga semakin banyak pergerakan tikus, maka semakin panjang benang yang tertarik.
- Penilaian dilakukan selama 10 menit, kemudian diukur panjang benang yang tertarik.
- Penilaian Interaksi sosial dilakukan dengan Social Interactivity Test (SIT) :
- Gunakan kotak uji ukuran 50 cm x 50 cm x 30 cm serta kotak tidak transparan.
- Tikus uji dimasukkan ke dalam kotak uji, dengan terlebih dahulu dimasukan seekor tikus normal yang telah dimasukkan ke kandang ukuran 10cm x 20cm x 25 cm serta kandang transparan.
- Penilaian dilakukan selama 10 menit, kemudian dinilai berapa menit waktu yang dihabiskan tikus uji mendekati atau berinteraksi dengan tikus dalam kandang transparan.
Hewan Coba Model Hipertensi
Alat dan Bahan :
- Tikus putih galur wistar usia 10-12 minggu, berat 150-200 gram.
- Aquadest
- Fruktosa
Prosedur :
- Fruktosa sebanyak 20 gram dilarutkan ke aquadest 100 mL, sehingga didapatkan fruktosa 20%.
- Fruktosa 20% diberikan sebagai air minum tikus, selama 14 hari.
- Setelah 14 hari, dilakukan pengukuran tekanan darah.
Hewan Coba Model Osteoporosis
Alat dan Bahan :
- Tikus putih galur wistar usia 10-12 minggu, berat 150-200 gram.
- Prednisone acetate
- Aquadest
- Tween 80
- Spuit 3 mL
Prosedur :
- Prednisone acetate dilarutkan dalam aquadest dan ditambahkan tween 80 sebanyak 0,5% sebagai emulgator.
- Prednisone acetate (6 mg/kgBB) diberikan secara per oral selama 90 hari.
- Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan histomorfometrik tulang.
Hewan Coba Model Carcinoma Mamae
Alat dan Bahan :
- Tikus putih galur wistar betina usia 20 minggu, berat 200-250 gram, sudah pernah hamil dan melahirkan.
- 7,12-dimethylbenza antracene (DMBA)
- Soy oil
- Spuit 3 mL
Prosedur :
- DMBA dilarutkan dalam soy oil.
- DMBA diberi secara per oral dengan dosis 200mg/kgBB selama 13 minggu.
- Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan histokimia terkait carcinoma mamae.
Hewan Coba Model Miokardial Iskemia
Alat dan Bahan :
- Tikus putih wistar usia 10-12 minggu, berat 150-200 gram.
- Ketamine
- Alholol 70%
- Minor set
- Polypropylane 5-0
Prosedur :
- Hewan coba dianestesi dengan ketamin 75mg/kgBB intraperitoneal, selanjutnya hewan coba diletakkan pada posisi supine.
- Selanjutnya dilakukan desinfeksi dengan alkohol 70% pada area dada kiri.
- Dilakukan incisi pada lateral sternum sepanjang 3 cm.
- Selanjutnya, dilakukan insisi pada otot pektoralis mayor kemudian dibuat lubang melalui otot interkosta 3-4 dengan blunt mikroscisors.
- Pisahkan paru-paru yang terdapat disekitar jantung. Dengan bantuan pediatric ophtalmic speculum digunakan untuk meretraksi tulang iga hingga jantung terlihat.
- Dilakukan ligasi arteri koroner LAD dengan 5-0 polypropylane suture.
- Selanjutnya, otot dan kulit kembali dijahit. Dilakukan monitoring post operasi.
Hewan Coba Model Osteoarthritis
Alat dan Bahan :
- Tikus putih galur wistar betina usia 20 minggu, berat 200-250 gram
- Iodoacetic acid
- Sasami oil
- Spuit 1 mL
Prosedur :
- Iodoacetic acid dilarutkan dalam sasami oil.
- Iodoacetic acid diberi secara intra-artikuler dengan dosis 3mg/kgBB.
- Selanjutnya, setelah 24 jam akan terbentuk kerusakan kondrosit.
Hewan Coba Model Retinopati Diabetika
Alat dan Bahan :
- Tikus putih galur wistar usia 10-12 minggu, berat 150-200 gram.
- Spuit 1 mL
- Streptozotocin (STZ)
Prosedur :
- Tikus putih dilakukan induksi dengan pemberian injeksi intraperitoneal STZ dosis 65 mg/kgBB.
- Selanjutnya, tikus putih diberikan minum dekstrosa 10% guna mencegah hipoglikemia.
- Setelah 7 hari dilakukan tes gula darah, apabila kadar gula darah sewaktu telah lebih dari 16,5 mmol/L, hewan coba telah menjadi model diabetes melitus.
- Setelah 3 bulan, hewan coba akan mengalami retinopati diabetika
Hewan Coba Model Polycystic Ovary Syndroma (PCOS)
Alat dan Bahan :
- Tikus putih galur wistar betina, usia 10-12 minggu, berat 150-200 gram.
- Spuit 1 mL
- Letrazole
Prosedur :
- Tikus putih dilakukan induksi dengan pemberian injeksi intraperitoneal letrazole dosis 1 mg/kgBB.
- Setelah 21 hari dilakukan penilaian aktivitas hormonal dan pemeriksaan imunohistokimia untuk menilai keberhasilan induksi PCOS (Polycyctic ovary syndroma).
Hewan Coba Model Carcinoma Kolon
Alat dan Bahan :
- Tikus putih galur wistar, usia 20 minggu, berat 200-250 gram.
- Azoxymethane (AOM)
- Aqua pro injection
- Spuit 3 mL
Prosedur :
- AOM dilarutkan dalam aqua pro injection.
- AOM diberi secara intraperitoneal dengan dosis 15 mg/kgBB tiap hari, 3 kali per hari selama 12 minggu.
- Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan imunohistokimia terkait carcinoma kolon, untuk memastikan keberhasilan induksi Carcinoma.
Hewan Coba Model Carcinoma Cervix
Alat dan Bahan :
- Tikus putih galur wistar betina usia 20 minggu, berat 200-250 gram, belum pernah hamil dan melahirkan.
- 7,12-dimethylbenza antracene (DMBA)
- Soy oil
- Spuit 3 mL
Prosedur :
- DMBA dilarutkan dalam soy oil.
- DMBA diberikan secara langsung intravagina dengan dioleskan pada dinding vagina selama 16 minggu.
- Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan imunohistokimia terkait carcinoma mamae.
Hewan Coba Model Hamil
Hal pertama yang harus dipahami ketika akan menggunakan hewan coba guna penelitian terkait sistem reproduksi ialah mengetahui siklus estrus (siklus reproduksi) dari hewan coba, dalam hal ini ialah tikus putih. Siklus esterus terdiri atas fase proesterus, esterus, metesterus (diestrus I) dan diestrus (diestrus II). Siklus ini hanya berlangsung selama 4 hari. Ovulasi terjadi pada fase proesterus dan esterus.
Kadar hormon prolaktin, LH dan FSH cenderung rendah dan akan mengalami peningkatan pada akhir fase proesterus. Level estradiol akan mengalami peningkatan pada fase metesterus dan akan kembali normal pada fase esterus. Sekresi progesteron akan mengalami peningkatan pada fase metesterus dan esterus, selanjutnya akan kembali ke level normal. Usia tikus yang umumnya dapat digunakan untuk penelitian terkait sistem reproduksi, ialah usia 6-8 minggu.
Pemeriksaan sitologi vagina, merupakan metode yang paling mudah dan cukup akurat dalam menilai fase esterus dari tikus putih. Terdapat tiga jenis sel yang dapat dijumpai pada pemeriksaan sitologi vagina, yakni sel epitel, sel kornifikasi dan leukosit.
- Fase proesterus : dominan dijumpai sel epitelial dengan inti
- Fase esterus : dominan dijumpai sel kornifikasi tanpa sel
- Fase metesterus : ketiga tipe sel dijumpai dengan proporsi yang hampir sama
- Fase diesterus : dominan dijumpai sel leukosit
Setelah diketahui waktu saat hewan coba (tikus) memasuki fase esterus, maka dilakukan mating. Mating dilakukan dengan mengumpulkan dalam satu kandang dua ekor tikus jantan dengan satu ekor tikus betina. Setelah tiga hari kemudian, dilakukan pemeriksaan vagina dari tikus betina. Pemeriksaan dimaksudkan untuk mencari keberadaan dari vaginal plaque ataupun untuk melihat celah liang vagina. Apabila dijumpai adanya vaginal plaque dan atau celah liang vagina yang telah tertutup rapat, maka telah terjadi kopulasi. Untuk lebih memastikan kembali, status kehamilan tikus, dapat dilakukan pemeriksaan kadar hormon beta-humanchoriogonadotrofin (hCG), pada hari ketujuh.
Apabila anda mendapatkan manfaat dari naskah ini, silakan dukung pengembangan ilmu pengetahuan dengan klik salah satu iklan di website ini.