
Keputusan untuk menggunakan hewan uji jenis apa dan galur yang mana tentu sangat tergantung pada maksud tujuan penelitian yang akan dilakukan. Pada dasarnya pemilihan hewan uji harus didasarkan pada persamaan atau keterdekatan ciri dan sifat hewan uji dengan manusia terutama dalam aspek yang diteliti dan hal-hal yang terkait dengan aspek tersebut. Selain kedekatan ciri dan sifat fisiologik hewan uji dengan manusia, pemilihan hewan uji juga didasarkan pada kemudahan mendapatkan hewan itu. Dalam hal keterdekatan ciri dan sifat fisiologik dengan manusia, hewan yang paling dekat ialah kera simpanse. Namun demikian, jika ditinjau dari segi kepraktisan pelaksanaan dan biaya yang diperlukan, penggunaan hewan itu perlu dipertimbangkan dengan cermat. Pemilihan hewan uji untuk suatu penelitian pra-klinik juga perlu mempertimbangkan segi pemeliharaan hewan itu. Jika dalam suatu penelitian pemberian bahan uji secara oral, maka hewan uji yang digunakan harus memiliki kesamaan ciri , sifat dan pola absorpsi dengan manusia meskipun masih ada perbedaan kuantitatif. Perbedaan dalam absorpsi antar spesies untuk beberapa bahan tertentu dapat pula disebabkan oleh atau berhubungan erat dengan perbedaan jenis flora usus. Dalam hal distribusi beberapa ahli menyatakan bahwa distribusi senyawa tertentu pada manusia lebih konsisten daripada mamalia rendah, meskipun pada manusia pengikatan bahan itu oleh protein tertentu lebih nyata.
Pada umumnya suatu penelitian pra-klinik dianggap baik jika dilakukan pada jenis rodensia misalnya mencit, rat atau hamster dan jenis bukan rodensia misalnya kucing dan anjing. Namun demikian dalam uji pra-klinik juga dapat dilakukan pada hewan lain seperti merpati, marmot, kelinci, babi atau kera rendah seperti galagos. Karena kemajuan teknologi saat ini terutama dalam bioteknologi banyak penelitian toksikologik dilakukan pada kultur jaringan manusia dan rekombinan bakteri.

Pemeliharaan Hewan Uji
Pemeliharaan hewan uji meliputi aspek fasilitas, petugas dan makanan. Ketiga aspek tersebut seharusnya saling mendukung dan saling terkait erat. Petugas yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik jika ada fasilitas. Demikian juga fasilitas yang baik tanpa petugas yang baik akan sia-sia.
- Fasilitas
` Fasilitas yang diperlukan dalam pemeliharaan hewan uji meliputi tempat pemeliharaan (gedung dan kandang) yang memenuhi syarat dan fasilitas pendukung misalnya air, sarana pembuatan atau penyiapan makanan dan sarana pembuangan limbah.
- Gedung atau Ruang Pemeliharaan
Gedung atau ruang pemeliharaan harus memenuhi syarat dalam luas, sirkulasi udara, pencahayaan, kelembapan, terbagi menjadi beberapa ruang sesuai keperluan. Ruang yang diperlukan meliputi ruang breeding (penangkaran), ruang pemeliharaan, ruang penelitian, ruang otopsi, ruang penyimpanan jaringan dan ruang isolasi, bengkel dan gudang. Jika gedung untuk memelihara hewan uji ini dimaksudkan untuk memelihara beberapa jenis hewan uji maka kebutuhan ruang tentu akan lebih banyak sebab beberapa jenis hewan uji tidak boleh ditempatkan di dalam ruangan yang sama.
- Kandang
Ukuran kandang perlu diperhitungkan agara hewan uji dapat tetap bergerak bebas tanpa ada ketegangan yang diakibatkan oleh kandang terlalu sempit. Kandang juga harus mudah dibersihkan, tidak berkarat dan tidak ada bagian yang tajam yang dapat menciderai hewan uji. Kandang juga harus memnuhi syarat agar dalam uji atau penelitian segala yang perlu dihitung dapat dilakukan dengan mudah, seperti menghitung jumlah makanan dan minuman. Ukuran kandang perlu memperhitungkan jenis dan galur hewan uji, hewan uji tunggal atau kelompok.
Kandang sebaiknya dibuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat dan tahan lama. Untuk mencit, rat, hamster, marmot dan kelinci kandang dapat dibuat dari komponen plastik, alumunium, monel atau stainless steel. Jangan menggunakan cat untuk kandang demikian. Untuk kucing dan anjing dapat dibuat kandang dari kayu. Bahan kandang sebaiknya tahan air dan mudah dibersihkan.
- Alas Tidur
Untuk keperluan alas tidur seringkali dipakai bahan-bahan yang juga dimaksudkan untuk mengisap air kemih agar kandang selalu kering. Syarat bahan agar dapat digunakan sebagai alas tidur hewan uji ialah dapat mengisap air, tidak melukai hewan uji, tidak menarik untuk dimakan, tidak berbau dan tidak mengandung zat yang dapat mengganggu kesehatan hewan uji. Bahan itu antara lain sekam padi dan kayu tahi gergajian. Bahan lain yang juga dapat digunakan meskipun tidak sebaik sekam ialah jangel (tongkol) jagung, sepah tebu dan kulit kacang.
Dalam mengandangkan hewan uji, beberapa jenis hewan uji dapat dikandangkan secara berkelompok dalam sebuah kandang tetapi beberapa jenis lainnya harus dikandangkan sendiri-sendiri seekor tiap kandang.
- Pengelompokan
Mencit sesudah disapih (umumnya berusia 3 minggu dan berat sekitar 15 gram) dapat dikumpulkan dalam kelompok yang terdiri atas 10-20 ekor. Untuk tikus yang umumnya disapih pada umur sekitar 3 minggu dengan beratnya sekitar 50 gram dapat dikelompokkan tiap ekor. Jika beratnya menjadi 125-150 gram tiap kelompok sebaiknya paling banyak berisi 6 ekor. Jika beratnya lebih dari 250 gram dikelompokkan tiap 4 ekor. Untuk marmot dapat dikelompokkan tiap 10 ekor.
Untuk kelinci, kucing dan anjing sebaiknya dikandangkan secara terpisah individual.
- Makanan
Makanan hewan uji dibuat berdasarkan kebutuhan akan komponen untuk masing-masing jenis hewan uji. Kadang-kadang komposisi makanan hewan uji dibuat secara bebas dari komponen tertentu sesuai dengan kebutuhan, misalnya diet bebas garam, bebas lemak, jumlah kalori tertentu dan sebaiknya.
Pembuatan makanan harus dilakukan secara higienis agar makanan tidak terkontaminasi telor atau spora parasit yang dapat menginfeksi dan mempengaruhi kesehatan hewan uji sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian.
Apabila pembaca mendapatkan informasi dan ilmu dari artikel ini, mohon kiranya bersedia untuk mengapresiasi serta berdonasi bagi kemajuan ilmu pengetahuan, cukup dengan klik salah satu iklan di halaman ini atau website ini.