Site icon Publikasi Jurnal Ilmiah News – HM Publisher

Model Hewan Coba dalam Penelitian Kedokteran & Biomedis

women working in a laboratory

Photo by Karolina Grabowska on Pexels.com

Hewan dan manusia secara teknis terkesan berbeda, akan tetapi secara fisiologis dan anatomi keduanya memiliki kesamaan. Hewan, mulai dari mencit hingga simpanse memiliki kesamaan organ (yakni otak, jantung dan paru-paru serta lainnya) serta sistem organ (yakni sistem kardiovaskular, respirasi dan sistem saraf serta lainnya). Keidentikan antara hewan dan manusia sekitar 95-99%. Hal ini menyebabkan obat yang dapat digunakan di manusia juga bermanfaat di hewan. Tentunya, keidentikan ini memberikan suatu peluang dan manfaat, dimana hewan coba dapat digunakan untuk mempelajari berbagai organ, penyakit serta pengembangan terapi sebelum digunakan di manusia.

Hewan Coba Model Diabetes Melitus

Alat dan Bahan :

Prosedur :

Hewan Coba Model Uji Efek Anti Inflamasi

Alat dan Bahan :

Prosedur :

Hewan Coba Model Hiperurisemia

Alat dan Bahan :

Prosedur :

Hewan Coba Model Benign Prostate Hyperplasia (BPH)

Alat dan Bahan :

Prosedur :

Hewan Coba Model Hipertiroid

Alat dan Bahan :

Prosedur :

Hewan Coba Model Disfungsi Seksual

Alat dan Bahan :

Prosedur :

Hewan Coba Model Gastritis

Alat dan Bahan :

Prosedur :

Hewan Coba Model Lir-Psikotik

Alat dan Bahan :

Prosedur :

Hewan Coba Model Hipertensi

Alat dan Bahan :

Prosedur :

Hewan Coba Model Osteoporosis

Alat dan Bahan :

Prosedur :

Hewan Coba Model Carcinoma Mamae

Alat dan Bahan :

Prosedur :

Hewan Coba Model Miokardial Iskemia

Alat dan Bahan :

Prosedur :

Hewan Coba Model Osteoarthritis

Alat dan Bahan :

Prosedur :

Hewan Coba Model Retinopati Diabetika

Alat dan Bahan :

Prosedur :

Hewan Coba Model Polycystic Ovary Syndroma (PCOS)

Alat dan Bahan :

Prosedur :

Hewan Coba Model Carcinoma Kolon

Alat dan Bahan :

Prosedur :

Hewan Coba Model Carcinoma Cervix

Alat dan Bahan :

Prosedur :

Hewan Coba Model Hamil

            Hal pertama yang harus dipahami ketika akan menggunakan hewan coba guna penelitian terkait sistem reproduksi ialah mengetahui siklus estrus (siklus reproduksi) dari hewan coba, dalam hal ini ialah tikus putih. Siklus esterus terdiri atas fase proesterus, esterus, metesterus (diestrus I) dan diestrus (diestrus II). Siklus ini hanya berlangsung selama 4 hari. Ovulasi terjadi pada fase proesterus dan esterus.

            Kadar hormon prolaktin, LH dan FSH cenderung rendah dan akan mengalami peningkatan pada akhir fase proesterus. Level estradiol akan mengalami peningkatan pada fase metesterus dan akan kembali normal pada fase esterus. Sekresi progesteron akan mengalami peningkatan pada fase metesterus dan esterus, selanjutnya akan kembali ke level normal. Usia tikus yang umumnya dapat digunakan untuk penelitian terkait sistem reproduksi, ialah usia 6-8 minggu. 

            Pemeriksaan sitologi vagina, merupakan metode yang paling mudah dan cukup akurat dalam menilai fase esterus dari tikus putih. Terdapat tiga jenis sel yang dapat dijumpai pada pemeriksaan sitologi vagina, yakni sel epitel, sel kornifikasi dan leukosit.

Setelah diketahui waktu saat hewan coba (tikus) memasuki fase esterus, maka dilakukan mating. Mating dilakukan dengan mengumpulkan dalam satu kandang dua ekor tikus jantan dengan satu ekor tikus betina. Setelah tiga hari kemudian, dilakukan pemeriksaan vagina dari tikus betina. Pemeriksaan dimaksudkan untuk mencari keberadaan dari vaginal plaque ataupun untuk melihat celah liang vagina. Apabila dijumpai adanya vaginal plaque dan atau celah liang vagina yang telah tertutup rapat, maka telah terjadi kopulasi. Untuk lebih memastikan kembali, status kehamilan tikus, dapat dilakukan pemeriksaan kadar hormon beta-humanchoriogonadotrofin (hCG), pada hari ketujuh.

Apabila anda mendapatkan manfaat dari naskah ini, silakan dukung pengembangan ilmu pengetahuan dengan klik salah satu iklan di website ini.

Exit mobile version